Rabu, 17 November 2010

Persiapan Melahirkan Anak Kedua Kami

Beberapa hari menjelang kelahiran putra kedua kami, bunda sempatkan waktu untuk googling mengenai pengalaman melahirkan para bunda lainnya. Tak lupa membaca kembali tulisan bunda sendiri di blog ini tentang pengalaman melahirkan Fathan Hamasi, putra pertama kami.

Saat itu sungguh bunda merasa dikuatkan setelah membaca berbagai pengalaman menegangkan para bunda tangguh. Mungkin bagi sebagian orang membaca tulisan2 tersebut hanya akan menciutkan nyali mereka kedepan dalam menghadapi persalinannya. Tidak bagi bunda, justru itu akan menjadi modal bagi bunda untuk mempersiapkan segala sesuatunya, terutama dari segi kesiapan mental. Bunda merasa tulisan2 tersebut amat bermanfaat bagi bunda untuk menghadapi halang rintangan pada medan perjuangan sesungguhya kelak (hihihi... Bahasanya seram ya. Makanya dibikin ringan ahh, takut ada bumil yg ikutan baca :) nanti jadi sutris lagi...).

Oleh sebab itu, di tengah kemalasan bunda untuk blogging beberapa waktu terakhir ini, bunda paksakan betul untuk menuliskan pengalaman persalinan putra kedua kami, Hanan Zaidan. Siapa tahu akan bermanfaat bagi bunda-bunda yang akan melahirkan, atau bagi suami-suami yang istrinya akan melahirkan. Dan siapa tahu akan bermanfaat kelak ketika bunda akan menghadapi persalinan anak ketiga kami nanti (ya ampyuuun... Sudah kepikiran anak ketiga aja?? Hihihi...)

Satu hal yang paling bunda ingat menjelang kelahiran bayi kami adalah satu hari sebelumnya kami sempatkan mengajak anak pertama kami, Fathan untuk berwisata ke Stadion Bekasi. Ya wisata! karena disana Fathan yang menyukai bermain bola ini benar-benar menikmati pemandangan para pemain sepakbola profesional kota Bekasi yang sedang berlatih (bagi orang Bekasi yang kepingin ngajak putranya nonton latihan bola, bisa dateng setiap hari sabtu pagi ya...). Fathan juga menikmati betul wahana2 permainan murmer ala pasar malam. Ini nih foto2nya :




Kami sengajakan mengajak Fathan jalan2 kesana untuk menghibur Fathan yang kemungkinan akan agak berubah waktu bermainnya bersama kami di beberapa minggu awal pasca kelahiran adiknya. Selain itu juga untuk merangsang sang baby di perut untuk segera lahir karena memang sudah masuk waktunya (39 minggu). Sementara Fathan asyik menonton latihan para pemain Persipasi (klub bola asal Bekasi) dari pinggir lapangan bersama abinya, bunda khusyu' jalan bolak-balik didekat bangku penonton (tribun). Alhamdulillah keringetan juga... ^_^

Siang hari, pulang pasca dari Stadion Bekasi, bunda keluar flek. Sore harinya mulai ada tanda2 kontraksi, perut mulai terasa mules2 mau haid. Jaraknya masih dalam rentang waktu agak jauh, tapi sudah mulai beraturan (mungkin sekitar 15-30 menit sekali). Wahh... waspada nih... dalam hati kecil bunda (Ga gunung merapi aja yang ada status "waspada"-nya ^_^).

Alhamdulillah sudah menyiapkan segala keperluan kelahiran dalam 1 tas sejak kandungan berumur 36 minggu... (hheehehe... kecepetan yaa? buat jaga2 aja). Semakin malam intensitasnya semakin sering dan beraturan. Kalo anak pertama, abi rajin catetin intensitas kontraksi bunda melalui buku catatan kecil milik bunda, untuk anak kedua kali ini, abi rajin catetin di smartphone-nya.

Di malam harinya, kontraksi sudah mulai 5-7 menit sekali, flek juga terus terlihat setiap kali buang air kecil. Praktis malam itu bunda tidak bisa tidur, abi setia menemani, walau bunda sudah katakan belum perlu. Pertengahan malam, sudah benar2 teratur 5 menit sekali. Tanda harus segera ke RS... Tapi bunda sendiri masih merasa ragu dan ingin menunda saja berharap sampai di RS pembukaan sudah besar. Jam 2 dini hari, rasa-rasanya sudah mulai tak sanggup. Tapi tetap kami putuskan ba'da sholat subuh saja berangkat ke RS-nya.

Sekitar pukul 5.30 kami tiba di RSIA Anna Pekayon. Sudah ada Nenek dan Om Erlan yang sudah datang lebih dahulu. Tak lama, bunda masuk ruang observasi. Dipasanglah alat CTG diatas perut untuk memeriksa detak jantung bayi dan kontraksi rahim. Hasilnya: kontraksi bagus, sudah 5 menit sekali. Namun bayi nampaknya kurang oksigen. Bunda pun di beri oksigen tambahan. Pemeriksaan dalam dilakukan, ternyata baru pembukaan 2. Kaget juga, karena mulasnya yang sudah luar biasa itu dan sudah beraturan 5 menit sekali dari semalam, ternyata baru pembukaan awal. Tapi tetap, Alhamdulillah...

Oleh suster disarankan untuk jalan-jalan keliling RS dulu untuk merangsang kontraksi dan mempercepat pembukaan. Setelah sebelumnya diberi masukan untuk optimis dan kuat dalam menjalani proses ini. Jangan cengeng, hadapi dengan tegar setiap merasakan sakit. Jika sakit, segera tarik nafas dalam2 dan buang dengan perlahan. Jika kita tenang, insyaallah semuanya mudah dilewati. Jika dirasa-rasa malah akan semakin terasa sakit. Ditanya juga apakah bunda mengkonsumsi rumput Fatimah, bunda jawab tidak. Ternyata menurut keterangan suster, rumput Fatimah memiliki kandungan yang kurang lebih sama dengan yang terkandung dalam cairan induksi. Bedanya jika diinduksi, paramedis mengetahui dosis yang digunakan, sedang pada rumput Fatimah tidak demikian. Berpotensi over dosis dan sangat berbahaya. Suster menganjurkan untuk minum sari kurma aja. Alhamdulillah bunda sudah rutin minum sari kurma… Sungguh suster yang bantu observasi ini TOP markotop deh, ngasih masukan dan pengetahuan yang bermanfaat. Gayanya dalam menyampaikan pun layaknya motivator. Pelajaran banget buat bunda.

Pukul 11.00 bunda diperiksa lagi, baru pembukaan 3. Alhamdulillah. Lalu diperiksa lagi melalui CTG apakah ada perubahan, ternyata belum. Pemberian oksigen dilanjutkan. Sementara catatan mengenai kontraksi rahim justru hasilnya lebih buruk, intensitasnya menurun. Infus pun mulai diberikan untuk memberikan kekuatan dalam proses persalinan kelak.

Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik kami menanti… Ba’da maghrib rasa mulas sudah mulai tak tertahankan, tapi pembukaan belum juga sempurna (Lupa euy tepatnya pembukaan berapa, yang jelas baru sekitar jam 20.00 pembukaan 9). Dorongan kuat dari dalam seperti tak tertahankan, rasa ingin mengejan yang teramat sangat, tapi tetap diperintahkan untuk ditahan oleh suster. Rasa-rasa sudah mau keluar bayi ini, tapi tetap tidak boleh mengejan, selain itu dokter pun belum juga tiba. Subhanallah…

Pukul 21.00 diperiksa kembali, masih pembukaan 9. Huhuhuuu…. :( Suster masih menahan juga. Bunda diminta untuk berbaring menyamping saja. Tidak beberapa lama (mungkin hanya 5 menit) dokter pun tiba dan langsung mengajak memulai proses persalinan, tanpa mengecek terlebih dulu apakah sudah sempurna pembukaan…???

Sejak usia kehamilan 7 bulan sudah diprediksi bayi akan besar. Bahkan dua minggu menjelang kelahiran berat bayi sudah 3,5 kg. Melihat prediksi besarnya bayi, maka ada kemungkinan melahirkan secara Caesar. Satu hal yang bunda takuti. Menghantui hingga detik-detik menjelang kelahiran. Apakah bisa bayi bunda dilahirkan secara normal, karena mungkin saat itu sudah 3,8 kg berat perkiraannya (karena menurut informasi dari buku, berat bayi naik100-200gr/minggu pada minggu2 terakhir). Dari awal sejak observasi di pagi hari – hingga malam hari, bunda terus bertanya kepada suster yang berbeda2 apakah bunda bisa melahirkan normal jika berat bayi sekitar 3,8 kg. Sama seperti dokter, semua menjawab bisa. Dokter bilang “ibu tinggi, insyaallah dibawah 4kg masih bisa normal”, suster bilang “ insyaallah bisa bu, tapi mungkin hanya agak lama saja prosesnya”.

Dimulailah proses menegangkan itu akhirnya. Mengejan pertama belum bisa, kedua belum sukses, ketiga belum berhasil juga. Sempat nengok ke suami dan bilang “ bi, bunda ga bisa…” sambil berlinang airmata. Huhuhuuuu… melankolis banget yak :) (yang kebayang saat itu bayinya besar banget nih, jangan2 memang harus melalui operasi). Tapi Alhamdulillah disemangatin terus sama suster dan bidan. Sementara dokter focus ngasih arahan. Akhirnya dicoba lagi dengan menarik nafas panjang, kepala diangkat melihat ke arah perut, geraham dipertemukan serapat mungkin, mengejan sekuat-kuatnya, barulah si dede lahir juga. Subhanallah walhamdulillah…

Bahagianya luar biasaaaa. Lahir putra kedua kami dengan PB 49 cm dan BB 3,45 kg (Wow… beda banget dengan prediksinya ya, pelajaran lagi buat bunda, jangan terlalu yakin dengan hasil USG). Ga kepikiran lagi proses panjang menjelang kelahiran tadi. Inget banget bunda, saat itu sementara bunda menahan sakit kontraksi, dokter, bidan n suster asyik nonton IMB (Indonesia Mencari Bakat) di TV, setelah sebelumnya mama n ibu asyik nonton Ketika Cinta Bertasbih episode terakhir. Hihihii… sekarang sih ketawa-ketiwi kalo inget. Waktu itu sih bingung juga… weleh2 pada nonton TV, cucunya mau lahir nih… Paramedis apalagi santainya, mungkin karena setiap hari menjalani hal ini. Atau mungkin trik mereka juga biar bunda ga stress kali ya ^_^

Segitu dulu deh ceritanya, karena ternyata cerita pengalaman pasca melahirkan justru lebih mengharu-biru.

*Erlin Karlina

1 komentar:

agen bola on 4 Maret 2013 pukul 09.51 mengatakan...

Hopefully this article useful for the writer, as well as for the general public

Posting Komentar

Photobucket
 

Followers

Wirausaha Keluarga Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template