Ngapain nyambi berwirausaha sih pak?
Bapak kan enak udah jadi karyawan tetap, di perusahaan besar lagi tuhh. Gaji lumayan, pensiun dapet, kalo meninggal dapet santunan, dll.
Upss, istrinya juga dilibatkan dalam usahanya yahh? Bukankah mencari nafkah itu tugasnya suami?
Ya, itulah beberapa pertanyaan dan pernyataan dari beberapa kawan saat saya mulai berwirausaha beberapa tahun yang lalu. Sempat terpikir, ihhh benar juga yahh. Ngapain capek-capek berwirausaha ya. Enakan jadi karyawan, gak perlu mikir untung rugi bisnis, bahkan tiap bulan dapat gaji sebagai karyawan.
Disuatu kesempatan akhirnya saya tergugah dari kisah seorang ibu yang baru aja ditinggal suaminya yang meninggal dunia karena kecelakaan kerja. Kebetulan selama ini ibu tersebut hanyalah seorang ibu rumah tangga yang kebutuhan rumah tangganya dicukupi dari gaji bulanan sang suami. Ia sedih ditinggal suami tercinta sekaligus ia bingung gimana caranya ia tetap dapat melanjutkan hidup bersama anak-anaknya.
Ia sangat sedih, padahal dilain sisi ia baru saja menerima uang santunan yang cukup banyak. Bukan hanya jutaan rupiah, atau puluhan juta, ternyata santunannya berjumlah ratusan juta rupiah. Santunan tersebut berasal dari perusahaan tempat suaminya bekerja, dari program jamsostek, serta dari asuransi jiwa yang mereka ikuti. Disatu sisi ia bersyukur karena mendapat santunan tersebut, disisi lain ia bingung akan diapakan uang sebanyak itu. Yang terpikir olehnya adalah untuk modal usaha agar dapat melanjutkan kehidupannya.
Masukan sana-sini ia terima dari keluarga maupun rekan-rekannya mengenai peluang usaha yang bisa ia kerjakan. Tapi tetap saja ia masih bingung, karena bukan tidak mungkin, alih-alih ingin mendapat untung serta melanjutkan kehidupan dengan berwirausaha, bisa jadi uang santunan yang ia miliki sebagai modal usaha lama-kelamaan justru akan habis.
Ya, itu bisa saja terjadi karena ia selama ini belum pernah mengelola uang untuk berbisnis. Ia sadar betul, jangankan tuk pebisnis pemula, pengusaha yang sudah bertahun-tahun sukses saja bisa mengalami kerugian bahkan bangkrut.
Balik lagi ke pertanyaan kawan saya tadi diawal, kisah itulah yang menjadi alasan mengapa saya berwirausaha dan melibatkan istri dalam membangun usaha. Bukan bermaksud mendahului takdir Allah, setidaknya yang saya lihat dilingkungan selama ini biasanya sang suami lebih dahulu meninggal daripada sang istri. Bilamana hal tersebut juga terjadi pada saya, setidaknya kisah ibu yang "bingung" saat ditinggal suami tadi tidak akan terjadi pada istriku kelak. Aamiin...
Bagaimana dengan anda?
Saat ini anda sebagai karyawan? Jangan segan-segan berwirausaha yukss, dan jangan lupa ajak istri tuk berwirausaha pula yahh.
Atau anda saat ini sudah sebagai pengusaha? Jangan segan-segan tuk libatkan istri dalam menjalankannya yahh.
Ternyata berwirausaha itu bukan hanya sekedar mencari nafkah tuk saat ini lhoo, tetapi juga untuk mempersiapkan "sesuatu" tuk waktu yang akan datang. Sesuatu banget yahh... ^_^
*Yusuf Erlangga
2 komentar:
Subhanallah...
Jazakallah khairan katsiran cinta, sudah mencelupkanku di dunia wirausaha ^_^
*Erlin Karlina
Meraih kehidupan sebenarnya manakala kebahagiaan tercipta.
Posting Komentar