Selasa, 12 Juni 2012

Pengalaman Menyebar Brosur



Pagi itu kami mengagendakan tuk ngelapak lagi. TMII Jakarta masih menjadi pilihan, namun kali ini kami ngelapak bersama karyawan. Karena sebelumnya kami ngelapak tanpa bersama karyawan yang membantu (baca: tulisan yg lalu). Dan pada kesempatan kali ini saya bertugas khusus sebagai penyebar brosur. Hahhh, sebar brosur aja sampe ada petugas khusus? Hehee, ya karena brosur yang disebar tersebut tidak diberikan kepada pengunjung yang lewat didepan lapak kami, tapi sayalah yang muter-muter keliling disekitar keramaian orang di pasar kaget minggu ria TMII.

Dari kegiatan muter-muter nyebar brosur tersebut, ada beberapa pengalaman yang menarik dan dijadikan pelajaran bagi kami. Berikut ini beberapa catatan tersebut:

1. Demi irit pengeluaran biaya produksi brosur, penyebaran brosur haruslah sesuai target market. Itu sihh kata para praktisi bisnis lhooo. Dan pagi itu saya praktekan dengan menyerahkan brosur hanya kepada orang-orang yang sedang membawa anak balita atau ibu-ibu yang sedang hamil. Ya, sesuai target market ecokiddy produk kami.
2. Berdasarkan pengalaman saat itu, ternyata gak semua orang mau menerima brosur yang kita berikan lhooo. Salah satu catatan saya saat itu, kenapa ada orang yang menolak diberi brosur? Orang menolak karena saat kita beri ia sedang "sibuk". Lagi enak-enak makan / milih-milih barang dagangan, kita kagetkan dengan memberi brosur. Gak salahlah kalo ia menolak. Jadi saat memberi brosur, jangan mengganggu atau mengagetkan yahhh.

3. Panggilan sapaan juga sangat berpengaruh terhadap penerimaan orang yang diberi brosur. Jangan segan mengucapkan salam yang sopan & hangat (tapi jangan lebay yahhh, hehee). Dan jangan segan mengucapkan "maaf" saat kita memberi brosur, ya karena bisa aja kehadiran kita mengganggu mereka.
4. Ngomong-ngomong tentang sapaan yang tadi, pada saat penyebaran brosur itu terkadang saya menyapa dengan sapaan pak-bu, terkadang juga dengan sebutan ayah-bunda. Entah kenapa dengan sebutan Ayah atau Bunda, sebagian besarnya terlihat lebih "terbuka" saat aku beri brosur. Hal ini mengapa? Nahhh, aku juga blom tau kenapa nihhh? ;)

5. Karena posisi penyebaran brosur tak dekat dari lapak, hal ini terasa kurang efektif karena orang yang menerima brosur akan bingung harus kemana ia pergi jika tertarik dengan produk yang kita tawarkan. Untuk jaka pendek dengan tujuan adanya transaksi saat itu juga, ini emang tidak baik. Tapi tuk tujuan jangka panjang alias nge-branding produk, hal ini gak masalah sihhh.
6. Tuk mensiasati kebingungan atau rasa penasaran si penerima brosur, harusnya saat keliling-keliling nyebarin brosur sekalian bawa contoh produk. Bahkan tuk produk tertentu bisa sekalian kasih tester gratis.

7. Dan yang cukup penting juga menurut para mentor & praktisi bisnis, idealnya setiap brosur yang kita buat & sebarkan itu harus tercatat dan terukur. Wahhh, kalo udah ngomongin ini emang perlu & penting nihhh. Gimana caranya? Rada panjang nihh, kita obrolin lain waktu yahhh... ;)

Nahhh, pengalaman nyebar brosurnya sudah dicatat. Tinggal action tuk nyebar-nyebar lagi nihh... ;)

*Yusuf Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket
 

Followers

Wirausaha Keluarga Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template